Yogyakarta Indonesia

soulhealerindonesia@gmail.com

Kesehatan MentalHyper-Independence: Apakah salah menjadi terlalu mandiri?

soulhealerindonesia

Hyper-Independence: Apakah salah menjadi terlalu mandiri?

Hello, Healers! 

How are you today?

 

Healers, kalian pernah ga sih merasa bahwa bisa melakukan segala hal sendirian dan cenderung tidak mau meminta bantuan orang lain? Mungkin sebagian besar individu pernah ya melakukan hal tersebut, dengan kata lain ingin terlihat mandiri. 

Jika mendengar kata mandiri atau kemandirian, orang-orang pasti cenderung menganggap itu adalah hal yang baik dan ingin melabeli diri sebagai individu yang mandiri atau independent person. Tetapi.. ternyata tidak semua hal terkait kemandirian itu adalah hal yang baik, loh, healers. 

Sifat kemandirian yang berlebihan bisa saja merupakan salah satu output dalam bentuk trauma dari pengalaman yang pernah Healers alami. Nah, hal ini disebut dengan hyper-independence. 

 

“Hah? Hyper-independence?

Mungkin Healers bertanya-tanya, hyper-independence itu apa sih? Kok terdengar asing banget? So, without any further do, let’s check it out!

Apa itu hyper-independence?

Hyper-independence adalah keadaan dimana individu merasa bahwa dirinya dapat melakukan hal apapun sendirian, tanpa bantuan orang lain. Ibarat kata, seperti superhero yang bisa melakukan semuanya. Bahkan, disaat kesulitan pun, individu dengan hyper-independence ini enggan menerima bantuan dari orang lain. Ia merasa bahwa meminta bantuan dan dibantu oleh orang lain merupakan suatu hal buruk, yang membuatnya terlihat lemah.

Hyper-independence ini biasanya berhubungan dengan trauma yang terjadi di masa lalu. Contohnya mungkin pada saat kecil kamu sering dimarahi jika tidak melakukan sesuatu, sehingga kamu merasa bahwa kamu harus terus melakukan sesuatu dan itu merupakan tanggung jawab mu.

source: tumblr.com

Ciri-ciri hyper-independence 

    • Keep everything private

Kamu secara sadar menutup diri dari orang – orang disekitarmu. Kamu takut orang – orang sekitarmu mengetahui sesuatu tentang diri mu dan menganggap kamu lemah.

    • Work, work, work, work, work 24/7

Kamu selalu ingin melakukan sesuatu, selalu ingin terlihat sibuk. Ibarat kata, motto hidup kamu adalah: Kerja, kerja, kerja dan kerja. Hidup kamu hanya berfokus pada pekerjaan saja dan tak jarang menjadikan pekerjaan sebagai alasan untuk terus produktif dan tidak bertemu orang lain.

    • Doing everything by yourself

Kamu kesulitan dalam membagi tugas untuk orang lain dan selalu ingin mengerjakan tugas itu sendirian karena merasa itu adalah tanggung jawab kamu. Selain itu, kamu juga menentukan semuanya sendirian, tanpa meminta masukan dari orang lain karena kamu merasa bahwa yang paling tau ya diri kamu sendiri––si paling bisa semuanya. 

    • Won’t asking for help

Kamu susah banget untuk minta tolong ke orang lain, karena merasa “asking for help” = lemah. Selain itu, kamu juga selalu merasa curiga dengan orang lain. Kamu tidak bisa percaya dengan orang lain dan merasa bahwa ada ‘udang dibalik batu’ apabila orang lain melakukan kebaikan kepada mu.

    • Having relationship issues

Kamu terus – menerus punya permasalahan dalam hubungan, entah itu hubungan romantis ataupun pertemanan. Kamu tidak bisa membuka diri dan takut terlalu dekat dengan orang lain. Hal ini membuat terbentangnya jarak antar kamu dan orang – orang yang peduli terhadap kamu.

Bagaimana cara menangani hyper-independence?

    • Task, Trust and Ask

Task: Kamu harus mulai untuk memberikan tugas kepada orang lain dan sesekali mengecek serta menanyakan apa orang tersebut memerlukan bantuan. Keep in mind, that’s  not everything is your responsibility. 

Trust: Setelah tugas yang kamu berikan selesai dengan baik, rasa percaya perlahan akan muncul antara kamu dan orang tersebut.

Ask: Setelah rasa percaya muncul, kamu akan merasa nyaman untuk meminta bantuan orang lain dan tidak takut terlihat needy atau memerlukan bantuan orang lain.

    • Check Your Ego

Kamu harus ingat bahwa tidak ada orang yang selalu benar, begitu juga dengan diri mu sendiri. You’re not always right. So, jangan lupa untuk mengajak ego ‘berbicara’ agar kita dapat berpikir secara lebih rasional dan mempertimbangkan masukan serta pendapat orang lain.

 

Jika dua cara diatas tidak begitu berpengaruh, kamu bisa meminta pertolongan professional, seperti psikiater dan psikolog soulhealer.id yaa!

Don’t be shy to reaching out for help from others. 

If you need help, you can contact us at: @soulhealer.id or just click the button below

Referensi: 

Anwar, S. (April 7, 2021). What is hyper-independence and how can you overcome it?. Diakses melalui https://www.blog.calmcollective.asia/blog/what-is-hyper-independence

Chloe (March 30, 2021). 8 Signs of Hyper-Independence. Diakses melalui https://psych2go.net/8-signs-of-hyper-independence/ 

PsychCentral (February 17, 2022). Trauma and Hyper-Independence: Is There a Link?. Diakses melalui  https://psychcentral.com/health/hyper-independence-trauma  

 

Fadzila S.

Post a comment

Apa yang bisa kami bantu?