Yogyakarta Indonesia

soulhealerindonesia@gmail.com

Life coachingPerilaku Ghosting: Solving VS Impacting

soulhealerindonesia

Perilaku Ghosting: Solving VS Impacting

Source: nytimes.com

Hello, Healers!

 

Belakangan ini cukup banyak istilah-istilah baru yang bermunculan di berbagai social media seiring dengan perkembangan teknologi yang cukup pesat. Salah satu istilah yang secara masif disebut-sebut adalah perilaku ghosting.

Ghosting Behavior atau perilaku ghosting merupakan perilaku menghindari dan melepaskan suatu hubungan yang biasanya terjadi dalam relasi romantis seperti pacaran atau gebetan. 

 

Psikolog UGM, Idei Khurnia Swasti, S.Psi., M.Psi., Psikolog mengungkapkan bahwa perilaku ghosting ditandai dengan sikap pelaku yang mulai menarik diri dari komunikasi.

Perilaku ghosting dilakukan oleh pelaku secara tiba-tiba tanpa memberikan suatu peringatan ataupun penjelasan apapun. Pemutusan hubungan secara sepihak tanpa penjelasan apapun memang membuat kita bertanya-tanya ya, healers.

Kira-kira pertimbangan apa saja yang mereka pikirkan dan bagaimana cara mereka dalam mengambil keputusan untuk melakukan ghosting? Yuk, kita cari tau!

Proses pembuatan keputusan dari seorang pelaku ghosting?

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh LeFebvre, dkk. (2019) terhadap 69 orang pelaku ghosting, tiga proses pengambilan keputusan dalam melakukan ghosting yaitu:

  • Selecting a medium, terkait dengan bagaimana pelaku memilih media apa saja dalam melakukan ghosting.
  • Choosing the interval to implement, terkait bagaimana pelaku memilih interval dalam melakukan ghosting yang bisa secara tiba-tiba ataupun bertahap (pelan-pelan).
  • Implementing ghosting permanency, terkait bagaimana pelaku memilih status ghosting yang dilakukan bisa bersifat sementara atau permanen.

 

 

Alasan Terjadinya Perilaku Ghosting

  • Convenience, mengacu pada kepraktisan ghosting daripada strategi pemutusan hubungan lainnya.
  • Attraction, yaitu terkait proses seleksi dengan melihat daya tarik fisik, emosional, atau intelektual.
  • Negatively valenced interaction, yaitu perasaan tidak tertarik yang muncul setelah adanya perilaku yang tidak menyenangkan bagi pelaku ghosting.
  • Relationship state, mengacu pada jenis hubungan (pasangan, teman, atau kenalan) dan lama waktu yang dibutuhkan untuk menjalin hubungan.
  • Safety, melibatkan keinginan untuk merasa aman sebagai perlindungan diri dan kesejahteraan diri.

 

 

Nah Healers, setelah mengetahui pembahasan di atas, ternyata ada banyak hal yang melatarbelakangi seseorang untuk melakukan ghosting yaa. Maka dari itu diharapkan healers tidak mudah memberikan judgement kepada pelaku ghosting. Tapi perilaku ghosting tetap tidak bisa dibenarkan ya, healers!

Perilaku ghosting i cenderung menimbulkan dampak terhadap korbannya (ghostee) lho, healers!

The grief cycle (siklus kesedihan) mungkin saja bisa terjadi pada ghostee, baik itu berjalan persis ataupun tidak. Menjadi korban ghosting sangat memungkinkan individu mengalami luapan emosi yang beragam. Berikut adalah the stages of grief Model Kubler-Ross yang mungkin dialami oleh korban ghosting:

 

  • Denial, tahapan penolakan dimana seseorang menduga adanya hal negatif namun tetap berusaha melakukan penolakan dengan berpikir positif terhadap dugaan tersebut.
  • Anger, yaitu tahap dimana seseorang merasa tidak dapat menerima situasi dan menyalahkan pelaku ghosting.
  • Bargaining, tahap dimana seseorang merasa bahwa dirinya lebih baik tertimpa hal buruk lainnya daripada ghosting.
  • Depression, tahapan ketika seseorang betul-betul sadar bahwa dirinya telah di-ghosting dan merasakan kesedihan serta merenungi kenyataan.
  • Acceptance, yaitu tahapan dimana seseorang menyadari bahwa kejadian tersebut tidak dapat diubah dan mulai menerima situasi.

 

Bagi healers yang di-ghosting dan sedang berada di tahap pertama, kedua, ketiga, ataupun tahap keempat, tetap semangat, ya! Kamu pasti bisa melewati hari-hari berat itu dan mencapai tahap acceptance!

Don’t be shy to reaching out for help from others. 

If you need help, you can contact us at: @soulhealer.id or just click the button below

Referensi

Gould, W.R. (14 November, 2022) What Is Ghosting. Diakses melalui https://www.verywellmind.com/what-is-ghosting-5071864

Ika. (23 Maret, 2021). Psikolog UGM Paparkan Perilaku Ghosting. Diakses melalui https://ugm.ac.id/id/berita/20898-psikolog-ugm-paparkan-perilaku-ghosting

LeFebvre, L. E., Allen, M., Rasner, R. D., Garstad, S., Wilms, A., & Parrish, C. (2019). Ghosting in emerging adults’ romantic relationships: The digital dissolution disappearance strategy. Imagination, Cognition and Personality39(2), 125-150.

Perkins, J. (4 Oktober, 2018). The 5 Stages of Ghosting. Diakses melalui https://www.dailycal.org/2018/10/05/the-5-stages-of-ghosting/

Rizki, P. N., & Yuliasari, H. (25 Agustus, 2022). Diakses melalui https://buletin.k-pin.org/index.php/arsip-artikel/1104-ghosting-dalam-perspektif-psikologi-penyebab-faktor-pendorong-dan-dampak-psikologis

 

 

Ainun Zanjabila Maksurah

Post a comment

Apa yang bisa kami bantu?